1.
Pengertian Hikayat
Secara etimologis, istilah “hikayat” bersala dari
bahasa Arab, yakni haka, yang berarti
menceritakan atau bercerita. Hikayat kemudiandiartikan sebagai karya sastra
klasik yang pada umumnya mengisahkan kehebatan dan kepahlawanan seseorang
lengkap dengn keanehan, kesakitan serta mukjizat tokoh utama.
Berikut beberapa judul hikayat yang terkenal di
Indonesia antara lain:
1) Hikayat Abdullah
2) Hikayat Abu Nawas
3) Hikayat Abu Samah
4) Hikayat Bakhtiar
5) Hikayat Bayan Budiman
6) Hikayat Hang Tuah
7) Hikayat Indraputra
8) Hikayat Iskandar Zulkarnain
9) Hikayat Isma Yatim
10) Hikayat Jaya Lengkara
11) Hikayat Kalila dan Daminah
12) Hikayat Malim Dewa
13) Hikayat Musang Berjanggut
14) Hikayat Negeri Riau
15) Hikayat Panca Tanderan
16) Hikayat Pandawa Jaya
17) Hikayat Panji Kuda Semirang
18) Hikayat Pelanduk Jenaka
19) Hikayat Raja Akil
20) Hikayat Raja Budiman
21) Hikayat Raja Jumjumah
22) Hikayat Raja Muda
23) Hikayat Raja-raja Pasai
24) Hikayat Saif Zulyazan
25) Hikayat Samaun
26) Hikayat Sang Boma
27) Hikayat Sang Bima
28) Hikayat Seri Rama
29) Hikayat Sultan Ibrahim
30) Hikayat Si Miskin, dan sebagainya.
2) Hikayat Abu Nawas
3) Hikayat Abu Samah
4) Hikayat Bakhtiar
5) Hikayat Bayan Budiman
6) Hikayat Hang Tuah
7) Hikayat Indraputra
8) Hikayat Iskandar Zulkarnain
9) Hikayat Isma Yatim
10) Hikayat Jaya Lengkara
11) Hikayat Kalila dan Daminah
12) Hikayat Malim Dewa
13) Hikayat Musang Berjanggut
14) Hikayat Negeri Riau
15) Hikayat Panca Tanderan
16) Hikayat Pandawa Jaya
17) Hikayat Panji Kuda Semirang
18) Hikayat Pelanduk Jenaka
19) Hikayat Raja Akil
20) Hikayat Raja Budiman
21) Hikayat Raja Jumjumah
22) Hikayat Raja Muda
23) Hikayat Raja-raja Pasai
24) Hikayat Saif Zulyazan
25) Hikayat Samaun
26) Hikayat Sang Boma
27) Hikayat Sang Bima
28) Hikayat Seri Rama
29) Hikayat Sultan Ibrahim
30) Hikayat Si Miskin, dan sebagainya.
2.
Ciri-ciri
Hikayat
Berdasarkan pengertian dan contoh-contoh yang ada,
hikayat memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a.
Ceritanya
berbentuk prosa
Hikayat merupakan karya sastra yang pada umumnya
berbentuk prosa
(cerita naratif). Selain hikayat, ada
pula:
1) Cerita rakyat, seperti Hikayat si
Miskin dan Hikayat Malim Dewa
2) Epos dari India, seperti Hikayat Sri
Rama
3) Dongeng-dongeng
dari Jawa, seperti Hikayat Pandawa Lima dan Hikayat Panji Semirang
4) Cerita-cerita
Islam, seperti Hikayat Nabi Bercukur dan Hikayat Raja Khaibar
5)
Sejarah dan biografi, misalnya Hikayat Raja-Raja Pasai dan Hikayat Abdullah
6)
Cerita berbingkai, misalanya Hikayat Bakhtiar dan Hikayat Maharaja Ali
b.
Berupa
cerita rekaan
Rekaan
merupakan ciri hikayat yang sangat menonjol. Unsur dan komposisi yang
"direka-reka" dalam cerita hikayat sangat dipengaruhi oleh kehidupan
sosial dan budaya masyarakatnya. Dalam hikayat, banyak dipenuhi oleh
cerita-cerita semacam mite, legenda, dongeng, kepercayaan terhadap mahkluk
gaib, mahkluk raksasa, azimat, dan sejenisnya. Masuknya agama Hindu dan Islam,
membawa perubahan yang berarti bagi "perekaan" tema hikayat. Pengaruh
agama Hindu membuat cerita rekaan itu berkisah sekitar kehidupan para dewa dan
bidadari. Pengaruh agama Islam menyebabkan timbulnya cerita rekaan yang bernapaskan
keislaman, yakni seperti cerita para nabi, cerita hari kiamat, dan sejenisnya.
c.
Berupa citra
karya klasik
Rekaan
ataupun khayalan merupakan unsur utama hikayat. Akan tetapi, tidak berarti
semua karya sastra yang mengandung unsur rekaan itu dapat dikatakan sebagai
hikayat. Karya-karya prosa bergaya baru (modern), tidaklah layak jika disebut
hikayat. Istilah "hikayat" tidak dapat dilepaskan dari citra
kemasalaluan. Judul-judul karya yang berlabelkan "hikayat" hanya
layak diberikan kepada karya-karya yang lahir pada zaman Melayu klasik. Hikayat
tidak bisa dilepaskan dari keseluruahan unsur kebudayaan masyarakat Melayu
klasik.
d.
Sebagai
karya tulis
Pengertian
bahwa hikayat itu adalah cerita memang masih tidak jelas. Tidak setiap karya
klasik yang berupa cerita (prosa) dikatakan sebagai hikayat. Sastra klasik yang
masih berupa sastra lisan, yang dalam hal ini umumnya berupa cerita-cerita
rakyat, tidaklah dikatakan sebagai hikayat. Pengertian hikayat hanya terbatas
pada sastra-sastra tulis yang telah dibukukan. Umumnya, cerita-cerita tulis
tersebut adalah sastra yang tumbuh dan berkembang di lingkungan-lingkungan
kerajaan/istana. Temanya pun sebagian besar berkisar tentang kehidupan kerajaan
/ istana.[1]
3.
Unsur-unsur
Hikayat
Sebagai
prosa narasi, hikayat dibentuk oleh unsur alur, tema, penokohan, sudut pandang,
latar, dan amanat.
a. Alur
(plot) merupakan pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan
sebab-akibat. Secara umum, jalan ceritanya terdiri atas bagian-bagian berikut:
1. Pengenalan situasi cerita
(exposition),
2. Pengungkapan peristiwa
(complication),
3.Menuju pada adanya konflik (rising
action),
4.Puncak konflik (turning point),
5.Penyelesaian (ending).
b. Tema
merupakan inti atau ide dasar sebuah cerita. Dari ide dasar itulah cerita
dibangun oleh pengarangnya dengan memanfaatkan unsur-unsur intrinsik seperti
plot, penokohan, dan latar. Tema merupakan pangkal tolak pengarang dalam
menceritakan dunia rekaan yang diciptakannya.
c. Penokohan
adalah cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh
dalam cerita. Untuk menggambarkan karakter seorang tokoh tersebut, pengarang
dapat menggunakan teknik sebagai berikut.
1) Teknik analitik,
karakter tokoh diceritakan secara langsung oleh pengarang.
2)Teknik dramatik, karakter
tokoh dikemukakan melalui
a)Penggambaran
fisik dan perilaku tokoh,
b)Penggambaran
lingkungan kehidupan tokoh,
c)Penggambaran
tata kebahasan tokoh,
d)Pengungkapan
jalan pikiran tokoh,
e)Penggambaran
oleh tokoh lain.
d.
Sudut pandang (point of view) adalah posisi
pengarang dalam membawakan cerita. Posisi pengarang ini terdiri atas dua
macam:
1)
Berperan langsung sebagai orang pertama, atau sebagai tokoh yang terlihat dalam
cerita yang bersangkutan.
2) Hanya sebagai orang ketiga yang berperan sebagai pengamat.
e.
Latar (setting) adalah keadaan tempat, waktu, dan suasana
berlangsung suatu cerita. Latar tersebut bisa bersifat faktual atau imajiner.
f. Amanat
merupakan ajaran moral atau pesan di daktis yang ingin disampaikan pengarang
kepada pembaca melalui karyanya. Amanat biasanya tersimpan rapi dan
disembunyikan pengarang dalam keseluruhan isi cerita. Oleh karena itu, untuk
menemukannya, tidak cukup dengan membaca dua atau tiga paragraf, melainkan
harus membaca sampai tuntas.[2]
4.
Macam – Macam Hikayat
Ø
Berdasarkan isi
1. Jenis
Rekaan, Contoh : Hikayat Malin Dewa
2. Jenis
Sejarah, Contoh : Hikayat Hang Tuah, Hikayat Raja-Raja Pasai
3. Jenis
Biografi, Contoh : Hikayat Abdullah dan Hikayat Sultan Ibrahim Bin Adam
Ø
Berdasarkan
Fase Historis
1. Hikayat
Berunsur Hindu
Berinduk
pada 2 hikayat utama, yaitu Hikayat Srirama dan Mahabarata.
2. Hikayat berunsur Hindu-Islam
Hikayat yang
berasal dari tradisi Hindu, kemudian bercampur dengan unsur-unsur Islam. Contoh
: Hikayat Jaya Lengkana Hikayat Si Miskin dan Hikayat indera Putera
3. Hikayat berunsur Islam
Merupakan hikayat yang berasal dari
tradisi sastra arab – Persia.
Contoh : Hikayat 1001
Malam
Hikayat Qamar al-zaman
5.
Contoh
hikayat yang ada di Indonesia
Salah satu
contoh hikayat sastra Melayu klasik yang akan diceritakan pada makalah ini
adalah hikayat tentang Hang Tuah, yaitu sebuah karya sastra Melayu yang paling
tersohor dan bercerita tetnang Hang Tuah dalam kemakmuran Kesultanan Malaka.
Hang Tuah merupakan seorang laksamana yang amat termasyur.
Hikayat Hang Tuah
Hikayat Hang Tuah
Hang Tuah
lahir dari Ibu yang bernama Dang Merduwati, sementara Ayahnya bernama Hang
Mahmud. Karena kesulitan hidupnya, mereka pindah ke Pulau Bintan, tempat raja
bersemayam, dengan harapan mendapat rezeki di situ. Mereka membuka warung dan
hidup sangat sederhana.
Semua
sahabat Hang Tuah berani. Mereka itu adalah Hang Jebat, Hang Kesturi, Hang
Lekir, dan Hang Lekiu. Pernah suatu ketika mereka berlima pergi berlayar. Di
tengah lautan dihadang oleh gerombolan perampok yang banyak sekali. Hang Tuah
menggunakan taktik, membawa mereka ke darat. Di sana mereka melakukan
perlawanan.
Sepuluh
perampok mereka tewaskan, sedangkan yang lain melarikan diri. Dari beberapa
orang yang dapat ditawan, mereka mengaku dari daerah Siantan dan Jemaja atas
perintah Gajah Mada di Majapahit.
Sebenarnya
mereka diperintahkan untuk menyerang Palembang tetapi angin kencang membawa
mereka tersesat di Melaka. Akhirnya, keberanian Hang Tuah dan kawan-kawannya
sampai juga kepada raja sehingga raja berkenan kepada mereka. Suatu ketika ada
orang yang mengamuk di pasar. Orang-orang lari ketakutan. Hang Tuah jugalah yang
dapat membunuh orang itu.
Hang Tuah
lalu diangkat menjadi biduan istana (pelayan raja). Saat itu dia diminta menyerang
ke Palembang yang diduduki orang Siantan dan Jemala. Hang Tuah sukses, lalu dia
diangkat menjadi Laksamana. Berkali-kali Hang Tuah diutus ke luar negeri; ke
Tiongkok, Rum, Majapahit, dan dia pernah pula naik haji. Akhir hayatnya, Hang
Tuah berkhalwat di Tanjung Jingara.[3]
DAFTAR
PUSTAKA
Kosasih, E. Dasar-dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya. 2012.
http://bahasaindonesia-ringkasanpelajaran.blogspot.com/2011/12/menemukan-unsur-unsur-intrinsik-dan.html. Diakses
pada 20 mei 2012.
http://www.beritaterhangat.net/2012/09/contoh-hikayat-sastra-melayu-klasik.html. Diakses pada 06 nopember 2012.
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking