07 Jun. 2013

khasanah sastra "hikayat"



1.            Pengertian Hikayat

Secara etimologis, istilah “hikayat” bersala dari bahasa Arab, yakni haka, yang berarti menceritakan atau bercerita. Hikayat kemudiandiartikan sebagai karya sastra klasik yang pada umumnya mengisahkan kehebatan dan kepahlawanan seseorang lengkap dengn keanehan, kesakitan serta mukjizat tokoh utama.

Berikut beberapa judul hikayat yang terkenal di Indonesia antara lain:
1)     Hikayat Abdullah
2)     Hikayat Abu Nawas   
3)     Hikayat Abu Samah   
4)     Hikayat Bakhtiar   
5)     Hikayat Bayan Budiman
6)     Hikayat Hang Tuah  
7)     Hikayat Indraputra   
8)     Hikayat Iskandar Zulkarnain 
9)     Hikayat Isma Yatim
10)   Hikayat Jaya Lengkara
11)   Hikayat Kalila dan Daminah
12)   Hikayat Malim Dewa
13)   Hikayat Musang Berjanggut
14)   Hikayat Negeri Riau
15)   Hikayat Panca Tanderan
16)   Hikayat Pandawa Jaya
17)   Hikayat Panji Kuda Semirang
18)   Hikayat Pelanduk Jenaka
19)   Hikayat Raja Akil
20)   Hikayat Raja Budiman
21)   Hikayat Raja Jumjumah
22)   Hikayat Raja Muda
23)   Hikayat Raja-raja Pasai
24)   Hikayat Saif Zulyazan
25)   Hikayat Samaun
26)   Hikayat Sang Boma
27)   Hikayat Sang Bima
28)   Hikayat Seri Rama
29)   Hikayat Sultan Ibrahim
30)   Hikayat Si Miskin, dan sebagainya.

2.            Ciri-ciri Hikayat
Berdasarkan pengertian dan contoh-contoh yang ada, hikayat memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a.      Ceritanya berbentuk prosa
               Hikayat merupakan karya sastra yang pada umumnya berbentuk prosa
         (cerita naratif). Selain hikayat, ada pula:
         1) Cerita rakyat, seperti Hikayat si Miskin dan Hikayat Malim Dewa
         2) Epos dari India, seperti Hikayat Sri Rama
3) Dongeng-dongeng dari Jawa, seperti Hikayat Pandawa Lima dan Hikayat Panji Semirang
4) Cerita-cerita Islam, seperti Hikayat Nabi Bercukur dan Hikayat Raja Khaibar
5)   Sejarah dan biografi, misalnya Hikayat Raja-Raja Pasai dan Hikayat Abdullah
6)   Cerita berbingkai, misalanya Hikayat Bakhtiar dan Hikayat Maharaja Ali

b.            Berupa cerita rekaan
         Rekaan merupakan ciri hikayat yang sangat menonjol. Unsur dan komposisi yang "direka-reka" dalam cerita hikayat sangat dipengaruhi oleh kehidupan sosial dan budaya masyarakatnya. Dalam hikayat, banyak dipenuhi oleh cerita-cerita semacam mite, legenda, dongeng, kepercayaan terhadap mahkluk gaib, mahkluk raksasa, azimat, dan sejenisnya. Masuknya agama Hindu dan Islam, membawa perubahan yang berarti bagi "perekaan" tema hikayat. Pengaruh agama Hindu membuat cerita rekaan itu berkisah sekitar kehidupan para dewa dan bidadari. Pengaruh agama Islam menyebabkan timbulnya cerita rekaan yang bernapaskan keislaman, yakni seperti cerita para nabi, cerita hari kiamat, dan sejenisnya.
              
c.             Berupa citra karya klasik
         Rekaan ataupun khayalan merupakan unsur utama hikayat. Akan tetapi, tidak berarti semua karya sastra yang mengandung unsur rekaan itu dapat dikatakan sebagai hikayat. Karya-karya prosa bergaya baru (modern), tidaklah layak jika disebut hikayat. Istilah "hikayat" tidak dapat dilepaskan dari citra kemasalaluan. Judul-judul karya yang berlabelkan "hikayat" hanya layak diberikan kepada karya-karya yang lahir pada zaman Melayu klasik. Hikayat tidak bisa dilepaskan dari keseluruahan unsur kebudayaan masyarakat Melayu klasik.

d.            Sebagai karya tulis
         Pengertian bahwa hikayat itu adalah cerita memang masih tidak jelas. Tidak setiap karya klasik yang berupa cerita (prosa) dikatakan sebagai hikayat. Sastra klasik yang masih berupa sastra lisan, yang dalam hal ini umumnya berupa cerita-cerita rakyat, tidaklah dikatakan sebagai hikayat. Pengertian hikayat hanya terbatas pada sastra-sastra tulis yang telah dibukukan. Umumnya, cerita-cerita tulis tersebut adalah sastra yang tumbuh dan berkembang di lingkungan-lingkungan kerajaan/istana. Temanya pun sebagian besar berkisar tentang kehidupan kerajaan / istana.[1]

3.            Unsur-unsur Hikayat
         Sebagai prosa narasi, hikayat dibentuk oleh unsur alur, tema, penokohan, sudut pandang, latar, dan amanat.
a.   Alur (plot) merupakan pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab-akibat. Secara umum, jalan ceritanya terdiri atas bagian-bagian berikut:
1. Pengenalan situasi cerita (exposition),
2. Pengungkapan peristiwa (complication),
3.Menuju pada adanya konflik (rising action),
4.Puncak konflik (turning point),
5.Penyelesaian (ending).

b.   Tema merupakan inti atau ide dasar sebuah cerita. Dari ide dasar itulah cerita dibangun oleh pengarangnya dengan memanfaatkan unsur-unsur intrinsik seperti plot, penokohan, dan latar.  Tema merupakan pangkal tolak pengarang dalam menceritakan dunia rekaan yang diciptakannya.

c.   Penokohan adalah cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita. Untuk menggambarkan karakter seorang tokoh tersebut, pengarang dapat menggunakan teknik sebagai berikut.
1) Teknik analitik,  karakter tokoh diceritakan secara langsung oleh pengarang.
2)Teknik dramatik,  karakter tokoh dikemukakan melalui
         a)Penggambaran fisik dan perilaku tokoh,
         b)Penggambaran lingkungan kehidupan tokoh,
         c)Penggambaran tata kebahasan tokoh,
         d)Pengungkapan jalan pikiran tokoh,
         e)Penggambaran oleh tokoh lain.
d.            Sudut pandang (point of view) adalah posisi pengarang dalam membawakan cerita. Posisi pengarang  ini terdiri atas dua macam:
        1)   Berperan langsung sebagai orang pertama, atau sebagai tokoh yang terlihat dalam cerita yang    bersangkutan.
 2)  Hanya sebagai orang ketiga yang berperan sebagai pengamat.

e.   Latar (setting) adalah keadaan tempat, waktu, dan suasana berlangsung suatu cerita. Latar tersebut bisa bersifat faktual atau imajiner.

f.   Amanat merupakan ajaran moral atau pesan di daktis yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karyanya. Amanat biasanya tersimpan rapi dan disembunyikan pengarang dalam keseluruhan isi cerita. Oleh karena itu, untuk menemukannya, tidak cukup dengan membaca dua atau tiga paragraf, melainkan harus membaca sampai tuntas.[2]

4.            Macam – Macam Hikayat

Ø  Berdasarkan isi
1.   Jenis Rekaan, Contoh : Hikayat Malin Dewa
2.   Jenis Sejarah, Contoh : Hikayat Hang Tuah, Hikayat Raja-Raja Pasai
3.   Jenis Biografi, Contoh : Hikayat Abdullah dan Hikayat Sultan Ibrahim Bin Adam

Ø  Berdasarkan Fase Historis
1.    Hikayat Berunsur Hindu
Berinduk pada 2 hikayat utama, yaitu Hikayat Srirama dan Mahabarata.


2.     Hikayat berunsur Hindu-Islam
Hikayat yang berasal dari tradisi Hindu, kemudian bercampur dengan unsur-unsur Islam. Contoh :  Hikayat Jaya Lengkana Hikayat Si Miskin dan Hikayat indera Putera

3.     Hikayat berunsur Islam
Merupakan hikayat yang berasal dari tradisi sastra arab – Persia.
Contoh :    Hikayat 1001 Malam
                        Hikayat Qamar al-zaman

5.            Contoh hikayat yang ada di Indonesia
Salah satu contoh hikayat sastra Melayu klasik yang akan diceritakan pada makalah ini adalah hikayat tentang Hang Tuah, yaitu sebuah karya sastra Melayu yang paling tersohor dan bercerita tetnang Hang Tuah dalam kemakmuran Kesultanan Malaka. Hang Tuah merupakan seorang laksamana yang amat termasyur.

Hikayat Hang Tuah
Hang Tuah lahir dari Ibu yang bernama Dang Merduwati, sementara Ayahnya bernama Hang Mahmud. Karena kesulitan hidupnya, mereka pindah ke Pulau Bintan, tempat raja bersemayam, dengan harapan mendapat rezeki di situ. Mereka membuka warung dan hidup sangat sederhana.
Semua sahabat Hang Tuah berani. Mereka itu adalah Hang Jebat, Hang Kesturi, Hang Lekir, dan Hang Lekiu. Pernah suatu ketika mereka berlima pergi berlayar. Di tengah lautan dihadang oleh gerombolan perampok yang banyak sekali. Hang Tuah menggunakan taktik, membawa mereka ke darat. Di sana mereka melakukan perlawanan.
Sepuluh perampok mereka tewaskan, sedangkan yang lain melarikan diri. Dari beberapa orang yang dapat ditawan, mereka mengaku dari daerah Siantan dan Jemaja atas perintah Gajah Mada di Majapahit.
Sebenarnya mereka diperintahkan untuk menyerang Palembang tetapi angin kencang membawa mereka tersesat di Melaka. Akhirnya, keberanian Hang Tuah dan kawan-kawannya sampai juga kepada raja sehingga raja berkenan kepada mereka. Suatu ketika ada orang yang mengamuk di pasar. Orang-orang lari ketakutan. Hang Tuah jugalah yang dapat membunuh orang itu.
Hang Tuah lalu diangkat menjadi biduan istana (pelayan raja). Saat itu dia diminta menyerang ke Palembang yang diduduki orang Siantan dan Jemala. Hang Tuah sukses, lalu dia diangkat menjadi Laksamana. Berkali-kali Hang Tuah diutus ke luar negeri; ke Tiongkok, Rum, Majapahit, dan dia pernah pula naik haji. Akhir hayatnya, Hang Tuah berkhalwat di Tanjung Jingara.[3]















DAFTAR PUSTAKA


Kosasih, E. Dasar-dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya. 2012.














Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking