BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Kewartawanan atau jurnalisme
(berasal dari kata journal), artinya catatan harian, atau catatan
mengenai kejadian sehari-hari, atau bisa juga berarti suratkabar. Journal
berasal dari istilah bahasa Latin diurnalis, yaitu orang yang melakukan
pekerjaan jurnalistik.
Di Indonesia, istilah "jurnalistik" dulu dikenal dengan
"publisistik". Dua istilah ini tadinya biasa dipertukarkan, hanya
berbeda asalnya. Beberapa kampus di Indonesia sempat menggunakannya karena
berkiblat kepada Eropa. Seiring waktu, istilah jurnalistik muncul dari Amerika Serikat dan menggantikan publisistik dengan
jurnalistik. Publisistik juga digunakan untuk membahas Ilmu Komunikasi.
Bahasa jurnalistik atau bahasa Indonesia ragam jurnalistik juga
mempunyai ciri-ciri sendiri yang membedakannya dengan ragam-ragam bahasa
lainnya. Ciri-ciri ragam bahasa jurnalistik adalah sesuai dengan tujuan tulisan
jurnalistik dan siapa pembaca ragam jurnalistik itu.
Dari fakta yang ada pada umumnya masih cukup banyak orang yang tidak
suka menaruh perhatian yang sebaik-baiknya pada sosok paragraf atau alinea
jurnalistik dalam keseharian karya mereka. Tidak banyak pula orang yang ketika
mengarang untuk media massa, katakan saja benar-benar mengerti dan memahami
esensi , fungsi dan manfaat paragraph jurnalistik.
Untuk dapat menghasilkan sebuah karya jurnalistk yang baik, kita harus
dapat menguraikan ide pokok atau pokok bahasa tulisan itu ke dalam paragraf
jurnalistik yang baik. Paragraf jurnalistik yang kita susun harulah
berkualifiksi baik, memiliki nilai rasa yang sungguh baik, dan harus
dikembangkan dengan baik pula. Berikut ini akan diberikan beberapa teknik
pemaparan paragraf jurnalistik dan pola pengembangannya.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa
saja teknik yang ada dalam pemaparan
paragraf jurnalistik ?
2. Bagaimanakah
pola pengembangan paragraf jurnalistik ?
3. Bagaimana
teknik berlatih mengembangkan paragraf ?
BAB
II
PEMBAHASAN
3.1
Teknik
Pemaparan Paragraf Jurnalistik
Paragraf menurut teknik pemaparannya dapat dibagi dalam
empat macam, yaitu deskriptif, ekspositoris, agumentatif, dan naratif.
1.
Teknik pemaparan deskriptif
Paragraf deskriptif disebut juga paragraf melukiskan
(lukisan). Paragraf ini melukiskan apa yang terlihat di depan mata. Jadi,
paragraf ini bersifat tata ruang atau tata letak. Pembicaraannya dapat
berurutan dari atas ke bawah atau dari kiri kekanan. Dengan kata lain,
deskriptif berurusan dengan hal-hal kecil yang tertangkap oleh pancaindera.
Ciri-ciri paragraf
deskriptif :
- Menggambarkan
atau melukiskan sesuatu.
- Penggambaran
tersebut dilakukan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indera.
- Membuat
pembaca atau pendengar merasakan sendiri atau mengalami sendiri.
- Menjelaskan
ciri-ciri objek seperti warna, ukuran, bentuk, dan keadaan suatu objek
secara terperinci.
Contoh
paragraf deskriptif
Pasar tanah abang adalah sebuah pasar yang sempurna. Semua
barang ada di sana. Di toko yang paling depan berderet toko sepatu dalam dan
luar negeri. Di lantai dasar terdapat toko kain yang lengkap dan
berderet-deret. Di samping kanan pasar terdapat warung-warung kecil penjual
sayur dan bahan dapur. Disamping kiri ada pula berjenis-jenis buah-buahan pada
bagian belakang kita dapat berpuluh-puluh pedagang daging. Belum lagi kita
harus melihat lantai satu, dua, dan tiga.
2.
Teknik pemaparan ekspositoris
Dengan teknik pemaparan ekspositoris, akan dapat dihasilkan
paragraf jurnalistik ekspositoris yang baik. Paragraf jurnalistik ini sering
disebut paragraf jurnalistik paparan. Adapun tujuannya adalah untuk memaparkan
objek tertentu yang hendak dituliskan. Penyajiannya tertuju pada satu unsur
dari objek itu saja.
Contoh
Paragraf Ekspositoris
Pasar Tanah Abang adalah pasar yang kompleks. Di lantai
dasar terdapat sembilan puluh kios penjual kain dasar. Setiap hari rata-rata
terjual tiga ratus meter untuk setiap kios. Dari data ini dapat diperkirakan
berapa besarnya uang yang masuk ke kas DKI dari Pasar Tanah Abang.
3.
Teknik pemaparan argumentatif
Dengan teknik pemaparan paragraf ini, akan dapat dihasilkan
paragraf jurnalistik argumentatif atau alinea persuasif yang baik. Paragraf
argumentatif disebut juga persuasi. Paragraf ini lebih brsifat membujuk atau
menyakinkan pembaca terhadap suatu hal atau objek. Biasanya, paragraf ini
menggunakan perkembangan analisis atau paparan seperti ekspositoris.
Contoh
Paragraf Argumentatif
Dua tahun terakhir, terhitung sejak Boeing B-737 milik
maskapai penerbangan Aloha Airlines celaka, isu pesawat tua mencuat ke
permukaan. Ini bisa dimaklumi sebab pesawat yang badannya koyak sepanjang 4
meter itu sudah dioperasikan lebih dari 19 tahun. Oleh karena itu, cukup
beralasan jika orang menjadi cemas terbang dengan pesawat berusia tua. Amankan?
kalo memang aman, lalu bagaimana cara merawatnya dan berapa biayanya sehingga
ia tetap nyaman di naiki?
4.
Teknik pemaparan naratif
Paragraf jurnalistik naratif berkaitan erat dengan ihwal
penceritaan atau pendongengan sesuatu. Paragraf jurnalistik ini banyak
ditemukan dalam cerita-cerita pendek dan cerita-cerita bersambung di surat
kabar. Adapun tujuan yang lebih utama adalah untuk menghibur pembaca. Oleh
sebab itu, sebuah karangan narasi atau paragraf narasi haya kita temukan dalam
novel, cerpen, atau hikayat dan surat kabar.
Contoh
paragraf naratif
Malam itu ayah kelihatan benar-benar marah. Aku sama sekali
dilarang berteman dengan Syairun. Bahkan ayah mengatakan bahwa aku akan dia
antar dan dijemput ke sekolah. Itu semua gara-gara Selamat yang telah
memperkenalkan aku dengan Siti.
3.2 Pola
Pengembangan Paragraf Jurnalistik
Gagasan utama paragraf akan menjadi jelas apabila dilakukan
perincian yang cermat. Perincian-perincian itu dapat dilakukan dengan bermacam
pola pengembangan. Pola pengembangan yang dipakai, antara lain ditentukan oleh
gagasan atau masalah yang hendak dikemukakan. Misalnya, apabila gagasan yang
hendak disampaikan itu berupa urutan peristiwa, maka pola pengembangan yang
sebaiknya dipilih adalah pola kronologis (naratif) atau proses (eksposisi).
Lain lagi apabila masalahnya itu mengenai sebab-akibat suatu kejadian, maka
pola yang dipilih adalah pola kausalitas (eksposisi, Argumentasi). Pilihan pola
pengembangan ditentukan pula oleh pandangan penulis itu sendiri terhadap
masalah yang hendak disampaikannya. Berikut beberapa pola pengembangan paragraf
jurnalistik.
1.
Pola pengembangan paragraf
deskriptif, antara lain, meliputi pola pengembangan spasial dan pola sudut
pandang.
a.
Pola Spasial
Pola
spansial adalah pola pengembangan paragraf yang didasarkan atas ruang dan
waktu. Pola ini menggambarkan suatu ruangan dari kiri ke kanan, dari timur ke
barat, dari bawah ke atas, dari depan ke belakang, dan sebagainya.
Contoh
Pada malam
hari, pemandangan rumah terlihat begitu eksotis. Apalagi dengan cahaya lampu
yang memantul dari seluruh penjuru rumah. Dari luar bangunan ini tampak indah,
mampu memberikan pancaran hangat bagi siapa saja yang memandangnya. Lampu-lampu
taman yang bersinar menambah kesan eksotis yang telah ada. Begitu hangat.
Begitu indah.
b.
Pola Sudut Pandang
Pola sudut pandang adalah pola pengembangan paragraf yang
didasarkan tempat atau posisi seorang penulis dalam melihat sesuatu. Pola sudut
pandang tidak sama dengan pola spansial. Dalam pola ini penggambaran berpatokan
pada posisi atau keberadaan penulis terhadap objek yang digambarkannya itu.
Contoh
Sekarang hanya beberapa langkah lagi jaraknya mereka dari
tebing diatas jalan. Medasing menegakkan dirinya sambil menguasai ke muka dan
ia pun berdiri tiada bergerak sebagai pohon diantara pohon-pohon yang lain.
Oleh isyarat yang lebih terang dari perkataan itu maju sekian temannya sejajar
dengan dia.
2.
Pola pengembangan paragraf ekspositoris, yakni dengan cara
proses, sebab dan akibat, serta ilustrasi.
a.
Pola Proses
Proses
merupakan suatu urutan dari tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan untuk
menciptakan atau menghasilkan sesuatu atau urutan dari suatu kejadian atau
peristiwa.
Contoh
Pohon
anggur, di samping buahnya yang digunakan untuk pembuatan minuman, daunnya pun
dapat digunakan sebagai bahan untuk pembersih wajah. Caranya, ambilah daun
anggur secukupnya. Lalu, tumbuk sampai halus. Masaklah hasil tumbukan itu
dengan air secukupnya dan tunggu sampai mendidih. Setelah itu, ramuan tersebut
kita dinginkan dan setelah dingin baru kita gunakan untuk membersihkan wajah.
Insya Allah, kulit wajah kita akan kelihatan bersih dan berseri-seri.
b.
Pola Sebab-Akibat
Pola paragraf sebab-akibat atau yang pada umumnya disebut
pola kausal, dapat dinyatakan dengan menggunakan sebab-akibat suatu peristiwa.
Dalam hal ini sebab dapat menjadi gagasan utama, sedangkan akibat dapat menjadi
perincian pengembangannya, ataupun sebaliknya.
Contoh
Jalan Kebon Jati akhir-akhir ini kembali macet dan semarawut.
Lebih dari separuh jalan kendaraan kembali tersita oleh kegiatan perdagangan
dan kaki lima. Untuk mengatasinya, pemerintah akan memasang pagar pemisah
antara jalan kendaraan dengan trotoar. Pagar ini juga berfungsi sebagai batas
pemasangan tenda pedagang kaki lima tempat mereka diijinkan berdagang.
Pemasangan pagar ini terpaksa dilakukan mengingat pelanggaran pedagang kaki
lima di lokasi itu sudah sangat keterlaluan, sehingga menimbulkan kemacetam
lalu lintas.
c.
Pola Ilustrasi
Sebuah gagasan yang terlalu umum, memerlukan
ilustrasi-ilustrsi konkrit. Dalam karangan eksposisi, ilustrasi-ilustrsi
tersebut tidak berfungsi untuk membuktikan suatu pendapat. Ilustrasi-ilustrsi
tersebut dipakai sekedar untuk menjelaskan maksud penulis. Dalam hal ini
pengamatan-pengamatan pribadi merupakan bahan ilustrasi yang paling efektif
dalam menjelaskan gagasan-gagasan umum tersebut.
Contoh
Satu-satunya bidang pembangunan yang tidak memahami imbas
krisis ekonomi sektor-sektor di bidang pertanian. Misalnya, perikanan masih
meningkat cukup mengesankan, yaitu 6,65 persen; demikian pula perkebunan, yang
meningkat 6,46 persen. Walaupun terkena kebakaran sepanjang tahun, sektor
kehutanan masih tumbuh 2,95 persen. Secara umum, kontribusi dari sektor-sektor
pertanian terhadap produk domestik broto (PDB) meningkat dari 18,07 persen
menjadi 18,04 persen. Padahal selama 30 tahun terakhir, pangsa sector pertanian
merosot dari tahun ke tahun.
3.
Pola pengembangan paragraf
argumentatif berupa pendapat dan biasanya diakhiri dengan kesimpulan atau
sesuatu yang telah diuraikan sebelumnya.
Contoh
Mengembangkan hubungan positif
dengan orang lain sebenarnya bertujuan pada satu hal: anda harus menjadi
seorang pengamat manusia. Bila anda benar-benar mampu mengerti manusia atau
orang, tahu akan ketakutan, harapan, dan impian mereka, maka akan memiliki
kemampuan mengembangkan hubungan tersebut. Berbicaralah dengan orang-orang.
Dengarkanlah keinginan hati mereka. Amatilah mereka dan pelajarilah cara mereka
berpikir. Tentu saja anda harus membaca buku dan mendengarkan kaset raihlah apa
yang anda peroleh dari kebijakan orang lain, namun jangan abaikan bergaul
dengan orang lain dan pelajarilah tabiat mereka. Ini adalah satu gaya hidup
yang harus dikembangkan, bukan satu studi ilmiah.
4.
Pola Pengembangan Paragraf dengan Perbandingan
Dalam jenis pengembangan ini dipaparkan semua
persamaan dan atau perbedaan tentang dua atau lebih objek/gagasan. Paragraf
berikut merupakan paragraf yang dikembangkan dengan perbandingan.
Contoh
(1) Dalam kesusastraan Indonesia kita mengenal
cipta sastra yang disebut pantun dan syair. (2) Kedua cipta sastra itu
berbentuk puisi dan tergolong hasil sastra lama. (3) Kedua puisi lama itu
jumlah baris-barisnya sama, yaitu empat baris. (4) Baik pantun maupun syair
seperti pada bentuk aslinya, tidak kita jumpai pada cipta sastra masa kini. (5)
Kalau pun ada, biasanya hanya dalam nyanyian saja.
Pada pengembangan contoh di atas
dipaparkan perbandingan pantun dan syair dari segi persamaan-persamannya.
5.
Pola Pengembangan Paragraf
dengan Definisi Luas
Definisi
luas (definisi formal yang diperluas) dapat dipakai untuk mengembangkan pokok
pikiran. Semua penjelasan atau uraian menuju pada perumusan definisi itu.
Berikut contoh pengembangan paragraf dengan definisi luas. Dalam memaparkan
sesuatu, kita dapat menjelaskan dan memberi keterangan belaka, dapat pula
mengembangkan sebuah gagasan sehingga menjadi luas dan gampang dimengerti.
Panjang karangan tidak dibatasi, bergantung pada kemampuan pengarang dalam
memaparkan atau memberikan penjelasan ide atau gagasan yang disampaikan.
6.
Pola Pengembangan Paragraf dengan Campuran
Dalam jenis pengembangan ini, rincian-rincian terhadap
kalimat utama terdiri atas campuran dari dua atau lebih cara pengembangan
paragraf. Jadi, misalnya terdapat campuran umum-khusus dengan sebab akibat,
sebab-akibat dengan perbandingan, contoh-contoh dengan perbandingan, dan
sebagainya. Berikut contoh pengembangan paragraf jenis ini.
(1)
Bahasa tutur ialah bahasa yang dipakai dalam pergaulan sehari-hari, terutama
dalam percakapan. (2) Pada umumnya bersahaja/sederhana dan singkat bentuknya.
(3) Kata-kata yang digunakan tidak banyak macam dan jumlahnya. (4) Lagi pula
hanya menggunakan kata-kata yang lazim dipakai sehari-hari. (5) Untuk itu,
digunakan kata kata tutur, yaitu kata yang hanya boleh dipakai dalam bahasa
tutur, misalnya bilang, bikin, sendirian, nggak, emang, dipikirin, dan sebagainya. (6) Sering pula
kata-katanya dibentuk secara salah, misalnya dibikin betul(dibetulkan), belum lihat (belum melihat), merobah (mengubah),
dan sebagainya. (7) Lafalnya pun sering menyimpang dari lafal yang umum,
misalnya: dapet(dapat), malem (malam), ampat (empat), dipersilahkan (dipersilakan), dan sebagainya. (8) Bahkan
sering juga menggunakan urutan kata yang menyimpang dari bahasa umum, misalnya
ini hari, itu orang, lain hari, lain kali, dan sebagainya.
7.
Pola
Pengembangan Paragraf dengan Pemberian Contoh
Dalam jenis pengembangan ini dikemukakan suatu
pernyataan, kemudian disebutkan rincian-rincian berupa contoh-contoh konkret.
Berikut ini contoh pengembangan paragraf dengan memberikan contoh-contoh:
Kesalahan dalam penulisan karya ilmiah, pada umumnya
terletak pada pemilihan kata (diksi) dan penyusunan kalimat efektif. Kesalahan
pemilihan kata yang tepat, di antaranya digunakannya kata
sering, mungkin, kadang-kadang,
sangat, dan
memang yang mengarah pada ketidakyakinan penulis akan
hal yang dikemukakan. Adapun kesalahan penyusunan kalimat efektif, misalnya
menulis kalimat yang panjang yang di dalamnya terdapat kata yang tidak perlu,
seperti penulisan kata
dapat, telah, dan
adalah pada
kalimat
Dalam bab ini dapat dituliskan
dua hal yang telah menjadi temuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
Untuk itu dalam menggunakan cara ini, penulis hendaknya pandai memilih
contoh-contoh yang umum, representatif, dan dapat mewakili keadaan sebenarnya.
3.3
Teknik Berlatih Mengembangkan Paragraf
Pengarang itu adalah usaha mengembangkan beberapa kallimat
topik. Dengan demikian, dalam karangan itu kita harus mengembangkan beberapa
paragraf demi paragraf. Oleh karena itu, kita harus hemat menempatkan kalimat
topik. Satu paragraf hanya mengandung sebuah kalimat topik.
Contoh dibawah ini memperlihatkan perbedaan paragraf yang
tidak hemat dan paragraf yang hemat akan kalimat topik. Paragraf yang tidak
hemat ini mengandung tiga buah kalimat topik.
Penggemar seruling buatan Frederik Morgan bersedia menunggu
lima belas tahun asal memperoleh sebuah seruling buatan Morgan. Pertengahan
bulan Juli Morgan menghentikan pemesanan seruling karena terlalu banyak pihak
yang memesan seruling buatannya. Memang dewasa ini Morgan tergolong ahli
pembuat instrumen tiup ahli dunia. Perhatikan Paragraf berikut yang merupakan
hasil pengembangan kalimat-kalimat di atas.
Penggemar seruling buatan Frederick Morgan bersedia menunggu
lima belas tahun asal memperoleh seruling buatan Morgan. Pernyataan tersebut
dikemukakan oleh beberapa penggemar seruling Eropa. Hal ini terjadi setelah
Morgan mengumumkan bahwa pemesanan serulingnya ditutup.
Pada Pertengahan bulan Juli Morgan menghentikan pemesanan
seruling karena terlalu banyak pihak yang memesan seruling buatannya. Jika
seruling dibuat terus menerus Morgan harus bekerja selama 14 tahun guna
memenuhi pesanan tersebut. Seruling buatan Morgan sangat berperan pada musik di
dunia Eropa sejak tahun 1950.
Memang dewasa ini Morgan tergolong ahli pembuat instrumen
tiup ahli dunia. Beberapa ahli lainnya adalah Hans Caolsma (Utrecht), Mortin
Skovroneck (Bremen), Fredrick Van Huene (Amerika Serikat),Klaus Scheele
(Jerman), serta Shigchoru Yamaoka dan Kuito Kinoshito (Jepang).
Kalau kita amati, ternyata paragraf-paragraf yang terakhir
lebih ”berbicara” dari pada paragraf sebelumnya, yang mengandung tiga buah
kalimat topik. Paragraf terakhir hemat akan kalimat topik, tetapi kreatif
dengan kalimat-kalimat penjelas.
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Jadi pada perkembangan paragraf ada beberapa
perkembangan atau perubahan yang sudah lazim di lakukan dalam bahasa indonesia,
karena pada dasarnya bahasa Indonesia adalah bahasa yang sangat penting bagi
para pendidik / pengajar. Bahasa merupakan alat komunikasi antar individu
maupun kelompok dan merupakan kebanggan bangsa Indonesia dalam pembahasan
makalah ini kami melakukan pembahasan secara lebih dalam lagi soal paragraf dan
perkembangan paragraf yaitu dimana dalam pengembangan paragraf dan
pengembangannya dan jenis-jenis paragraf mempunyai beberapa makna diantaranya
ada paragraf Deduksi, induksi, campuran, perbandingan, pertanyaan, sebab-akibat,
contoh, dan paragraf perulangan. Dimana masing-masing paragraf mempunyai
makna-makna tertentu, semoga dengan kami membahas makalah ini menjadi tambah
wawasan kita tentang bahasa jurnalistik Indonesia.
3.2. Saran
Penulis atau jurnalis harus
menyadari setiap kalimat yang tidak ringkas atau tidak jelas dan tidak efektif
yang disusunnya, hanya akan melahiarkan keluhan bahkan protes dari khayalak
pembaca, pendengar, atau pemirsa. Maka dari itu kapasitas dan kualitas sang
penulis atau jurnalis sangat diperlukan dalam saat penulisan kalimat-kalimat
yang ditulisnya. Semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua dan dapat
menjadi acuan dalam membuat paragraf-paragraf jurnalistik.
DAFTAR PUSTAKA
Bahasaindosugik. Pola-pengembangan-paragraf.
http://bahasaindosugik.blogspot.com.
Diakses pada 17 Juni 2011. 17.30.
Diaryapaipah.
Jenis-paragraf-dan-pengembagannya.
http://diaryapipah.blogspot.com. Diakses 26 Oktober 2011. 16.00.
Hayon, Josep. 2001. Membaca
dan Menulis Wacana. Jakarta: Grasindo.
Herusantosa, Suparman. 1987. Pengembangan Kalimat dan Paragraf. Bali: Proyek Penulisan Bahasa.
Programatujuh.
Wordpress. Materi-jurnalistik.
http://programatujuh.wordpress.com.
Diakses pada 17 Maret 2011. 19.00.
Rahardi, R. Kunjana. 2011. Bahasa Jurnalistik. Bogor: Ghalia Indonesia.
Stitattaqwa.
Penulisan-dan-pegembangan-paragraf.
http://stitattaqwa.blogspot.com.
Diakses pada 23 Juni 2012. 20.30.