25 Apr. 2013

Deskripsi spasial waktu


Air Bersih

Alunan musik Bruno Mars yang berjudul move on berdering pukul 05.15 pagi. Aku terbangun karenanya, dengan membalik-balikan badan sambil mencari smartphone-ku untuk mematikan lagunya. Aku mulai beranjak dari tempat tidurku, kemudian mengambil handukku yang berwarna orange yang digantung dibalik pintu. Dengan keadaan mata masih mengantuk aku menuju kamar mandi, kulihat seorang wanita tangguh sedang memeras baju ditemani dengan busah-busah yang keluar dari perasan baju itu. Dia adalah ibuku, di sekelilingnya terdapat 1 bak kecil berwarna hitam yang berisi air perasan baju, 5 ember hitam dan 1 tong besar yang berisi air bersih, serta 1 ember bekas cat berukuran besar yang berisi baju-baju kotor.

Kemudian aku masuk ke dalam kamar mandi lalu menaruh handukku di kastok yang di tempel di dinding kamar mandi. Kulihat bak berukuran besar , 1 ember besar dan 3 ember kecil yang kosong tidak terisi air. Di sini juga terdapat selang air yang sangat panjang yang sudah terpasang sejak tiga bulan yang lalu. Meihat bak dan ember itu kosong aku pun keluar dari kamar mandi dan menuju rumah bibi untuk menghidupkan air. Dan selang panjang itu aku sambungkan pada keran yang ada di kamar mandi rumah bibi.

Aku pun kembali ke kamar mandi rumahku, mulailah aku membersihkan bak dan ember-ember itu untuk di isi air bersih. Entah sampai kapan aku setiap pagi harus menghidupkan dan mematikan air di rumah bibi. Dan entah sampai kapan pula air di rumahku kotor dan bau. Sudah empat bulan lamanya ayah, ibu, adik dan aku menantikan air bersih. Mungkin ayah sudah bosan bila harus membayar tukang untuk mengebor air, karena sebelumnya pun ayah sudah pernah menyuruh tukang untuk mengebor, bahkan sudah dua kali. Tapi tetap saja air yang keluar kotor dan bau.

Selesai mandi kira-kira pukul pukul 05.40 aku shalat dan mulai bersiap-siap untuk pergi ke kampus. Terkadang aku mandi dengan terburu-buru, karena teringat aku mandi menggunakan air orang lain. Aku merasa merepotkan karena pasti keluarga bibi juga akan memakai airnya. Bila dibuka dua keran pasti air yang keluar akan kecil. Untuk itu sebelum pukul 06.30 aku dan adik serta ayah harus sudah selesai mandi dan bak atau ember-ember kosong itu pun harus sudah terisi air, untuk persediaan ibu mandi sebelum ia berangkat kerja pukul delapan dan untuk persediaan sampai siang hari nanti. Dalam sehari kami hanya menghidupkan air dua kali yaitu pagi dan sore hari. Sebelum pukul 18.30 aku dan adik harus sudah mandi agar bisa mengisi kembali air yang telah kami pakai agar dapat digunakan untuk ayah dan ibu mandi sepulang kerja, serta digunakan untuk memasak dan mencuci besok pagi.

12 Apr. 2013

Teknik pemaparan paragraf jurnalistik


BAB I
PENDAHULUAN


1.1   Latar Belakang

Kewartawanan atau jurnalisme (berasal dari kata journal), artinya catatan harian, atau catatan mengenai kejadian sehari-hari, atau bisa juga berarti suratkabar. Journal berasal dari istilah bahasa Latin diurnalis, yaitu orang yang melakukan pekerjaan jurnalistik.

Di Indonesia, istilah "jurnalistik" dulu dikenal dengan "publisistik". Dua istilah ini tadinya biasa dipertukarkan, hanya berbeda asalnya. Beberapa kampus di Indonesia sempat menggunakannya karena berkiblat kepada Eropa. Seiring waktu, istilah jurnalistik muncul dari Amerika Serikat dan menggantikan publisistik dengan jurnalistik. Publisistik juga digunakan untuk membahas Ilmu Komunikasi.

Bahasa jurnalistik atau bahasa Indonesia ragam jurnalistik juga mempunyai ciri-ciri sendiri yang membedakannya dengan ragam-ragam bahasa lainnya. Ciri-ciri ragam bahasa jurnalistik adalah sesuai dengan tujuan tulisan jurnalistik dan siapa pembaca ragam jurnalistik itu.[1]

Dari fakta yang ada pada umumnya masih cukup banyak orang yang tidak suka menaruh perhatian yang sebaik-baiknya pada sosok paragraf atau alinea jurnalistik dalam keseharian karya mereka. Tidak banyak pula orang yang ketika mengarang untuk media massa, katakan saja benar-benar mengerti dan memahami esensi , fungsi dan manfaat paragraph jurnalistik.

Untuk dapat menghasilkan sebuah karya jurnalistk yang baik, kita harus dapat menguraikan ide pokok atau pokok bahasa tulisan itu ke dalam paragraf jurnalistik yang baik. Paragraf jurnalistik yang kita susun harulah berkualifiksi baik, memiliki nilai rasa yang sungguh baik, dan harus dikembangkan dengan baik pula. Berikut ini akan diberikan beberapa teknik pemaparan paragraf jurnalistik dan pola pengembangannya.[2]


1.2   Rumusan Masalah
1.      Apa saja teknik yang ada dalam  pemaparan paragraf jurnalistik ?
2.      Bagaimanakah pola pengembangan paragraf jurnalistik ?
3.      Bagaimana teknik berlatih mengembangkan paragraf ?














BAB II
PEMBAHASAN


3.1      Teknik Pemaparan Paragraf Jurnalistik

Paragraf menurut teknik pemaparannya dapat dibagi dalam empat macam, yaitu deskriptif, ekspositoris, agumentatif, dan naratif.


1.            Teknik pemaparan deskriptif

Paragraf deskriptif disebut juga paragraf melukiskan (lukisan). Paragraf ini melukiskan apa yang terlihat di depan mata. Jadi, paragraf ini bersifat tata ruang atau tata letak. Pembicaraannya dapat berurutan dari atas ke bawah atau dari kiri kekanan. Dengan kata lain, deskriptif berurusan dengan hal-hal kecil yang tertangkap oleh pancaindera.
Ciri-ciri  paragraf deskriptif :
  1. Menggambarkan atau melukiskan sesuatu.
  2. Penggambaran tersebut dilakukan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indera.
  3. Membuat pembaca atau pendengar merasakan sendiri atau mengalami sendiri.
  4. Menjelaskan ciri-ciri objek seperti warna, ukuran, bentuk, dan keadaan suatu objek secara terperinci.
Contoh paragraf deskriptif
Pasar tanah abang adalah sebuah pasar yang sempurna. Semua barang ada di sana. Di toko yang paling depan berderet toko sepatu dalam dan luar negeri. Di lantai dasar terdapat toko kain yang lengkap dan berderet-deret. Di samping kanan pasar terdapat warung-warung kecil penjual sayur dan bahan dapur. Disamping kiri ada pula berjenis-jenis buah-buahan pada bagian belakang kita dapat berpuluh-puluh pedagang daging. Belum lagi kita harus melihat lantai satu, dua, dan tiga.[3]


2.            Teknik pemaparan ekspositoris

Dengan teknik pemaparan ekspositoris, akan dapat dihasilkan paragraf jurnalistik ekspositoris yang baik. Paragraf jurnalistik ini sering disebut paragraf jurnalistik paparan. Adapun tujuannya adalah untuk memaparkan objek tertentu yang hendak dituliskan. Penyajiannya tertuju pada satu unsur dari objek itu saja.

Contoh Paragraf Ekspositoris

Pasar Tanah Abang adalah pasar yang kompleks. Di lantai dasar terdapat sembilan puluh kios penjual kain dasar. Setiap hari rata-rata terjual tiga ratus meter untuk setiap kios. Dari data ini dapat diperkirakan berapa besarnya uang yang masuk ke kas DKI dari Pasar Tanah Abang.


3.            Teknik pemaparan argumentatif

Dengan teknik pemaparan paragraf ini, akan dapat dihasilkan paragraf jurnalistik argumentatif atau alinea persuasif yang baik. Paragraf argumentatif disebut juga persuasi. Paragraf ini lebih brsifat membujuk atau menyakinkan pembaca terhadap suatu hal atau objek. Biasanya, paragraf ini menggunakan perkembangan analisis atau paparan seperti ekspositoris.[4]
Contoh Paragraf Argumentatif

Dua tahun terakhir, terhitung sejak Boeing B-737 milik maskapai penerbangan Aloha Airlines celaka, isu pesawat tua mencuat ke permukaan. Ini bisa dimaklumi sebab pesawat yang badannya koyak sepanjang 4 meter itu sudah dioperasikan lebih dari 19 tahun. Oleh karena itu, cukup beralasan jika orang menjadi cemas terbang dengan pesawat berusia tua. Amankan? kalo memang aman, lalu bagaimana cara merawatnya dan berapa biayanya sehingga ia tetap nyaman di naiki?


4.            Teknik pemaparan naratif

Paragraf jurnalistik naratif berkaitan erat dengan ihwal penceritaan atau pendongengan sesuatu. Paragraf jurnalistik ini banyak ditemukan dalam cerita-cerita pendek dan cerita-cerita bersambung di surat kabar. Adapun tujuan yang lebih utama adalah untuk menghibur pembaca. Oleh sebab itu, sebuah karangan narasi atau paragraf narasi haya kita temukan dalam novel, cerpen, atau hikayat dan surat kabar.

Contoh paragraf naratif

Malam itu ayah kelihatan benar-benar marah. Aku sama sekali dilarang berteman dengan Syairun. Bahkan ayah mengatakan bahwa aku akan dia antar dan dijemput ke sekolah. Itu semua gara-gara Selamat yang telah memperkenalkan aku dengan Siti. [5]



3.2      Pola Pengembangan Paragraf Jurnalistik

Gagasan utama paragraf akan menjadi jelas apabila dilakukan perincian yang cermat. Perincian-perincian itu dapat dilakukan dengan bermacam pola pengembangan. Pola pengembangan yang dipakai, antara lain ditentukan oleh gagasan atau masalah yang hendak dikemukakan. Misalnya, apabila gagasan yang hendak disampaikan itu berupa urutan peristiwa, maka pola pengembangan yang sebaiknya dipilih adalah pola kronologis (naratif) atau proses (eksposisi). Lain lagi apabila masalahnya itu mengenai sebab-akibat suatu kejadian, maka pola yang dipilih adalah pola kausalitas (eksposisi, Argumentasi). Pilihan pola pengembangan ditentukan pula oleh pandangan penulis itu sendiri terhadap masalah yang hendak disampaikannya. Berikut beberapa pola pengembangan paragraf jurnalistik.[6]

1.            Pola pengembangan paragraf deskriptif, antara lain, meliputi pola pengembangan spasial dan pola sudut pandang.

a.      Pola Spasial

Pola spansial adalah pola pengembangan paragraf yang didasarkan atas ruang dan waktu. Pola ini menggambarkan suatu ruangan dari kiri ke kanan, dari timur ke barat, dari bawah ke atas, dari depan ke belakang, dan sebagainya.

Contoh
Pada malam hari, pemandangan rumah terlihat begitu eksotis. Apalagi dengan cahaya lampu yang memantul dari seluruh penjuru rumah. Dari luar bangunan ini tampak indah, mampu memberikan pancaran hangat bagi siapa saja yang memandangnya. Lampu-lampu taman yang bersinar menambah kesan eksotis yang telah ada. Begitu hangat. Begitu indah.

b.            Pola Sudut Pandang

Pola sudut pandang adalah pola pengembangan paragraf yang didasarkan tempat atau posisi seorang penulis dalam melihat sesuatu. Pola sudut pandang tidak sama dengan pola spansial. Dalam pola ini penggambaran berpatokan pada posisi atau keberadaan penulis terhadap objek yang digambarkannya itu.

Contoh
Sekarang hanya beberapa langkah lagi jaraknya mereka dari tebing diatas jalan. Medasing menegakkan dirinya sambil menguasai ke muka dan ia pun berdiri tiada bergerak sebagai pohon diantara pohon-pohon yang lain. Oleh isyarat yang lebih terang dari perkataan itu maju sekian temannya sejajar dengan dia.[7]


2.            Pola pengembangan paragraf ekspositoris, yakni dengan cara proses, sebab dan akibat, serta ilustrasi.

a.   Pola Proses

Proses merupakan suatu urutan dari tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu atau urutan dari suatu kejadian atau peristiwa.

         Contoh
Pohon anggur, di samping buahnya yang digunakan untuk pembuatan minuman, daunnya pun dapat digunakan sebagai bahan untuk pembersih wajah. Caranya, ambilah daun anggur secukupnya. Lalu, tumbuk sampai halus. Masaklah hasil tumbukan itu dengan air secukupnya dan tunggu sampai mendidih. Setelah itu, ramuan tersebut kita dinginkan dan setelah dingin baru kita gunakan untuk membersihkan wajah. Insya Allah, kulit wajah kita akan kelihatan bersih dan berseri-seri.


b.            Pola Sebab-Akibat

Pola paragraf sebab-akibat atau yang pada umumnya disebut pola kausal, dapat dinyatakan dengan menggunakan sebab-akibat suatu peristiwa. Dalam hal ini sebab dapat menjadi gagasan utama, sedangkan akibat dapat menjadi perincian pengembangannya, ataupun sebaliknya.

Contoh
Jalan Kebon Jati akhir-akhir ini kembali macet dan semarawut. Lebih dari separuh jalan kendaraan kembali tersita oleh kegiatan perdagangan dan kaki lima. Untuk mengatasinya, pemerintah akan memasang pagar pemisah antara jalan kendaraan dengan trotoar. Pagar ini juga berfungsi sebagai batas pemasangan tenda pedagang kaki lima tempat mereka diijinkan berdagang. Pemasangan pagar ini terpaksa dilakukan mengingat pelanggaran pedagang kaki lima di lokasi itu sudah sangat keterlaluan, sehingga menimbulkan kemacetam lalu lintas.

c.             Pola Ilustrasi

Sebuah gagasan yang terlalu umum, memerlukan ilustrasi-ilustrsi konkrit. Dalam karangan eksposisi, ilustrasi-ilustrsi tersebut tidak berfungsi untuk membuktikan suatu pendapat. Ilustrasi-ilustrsi tersebut dipakai sekedar untuk menjelaskan maksud penulis. Dalam hal ini pengamatan-pengamatan pribadi merupakan bahan ilustrasi yang paling efektif dalam menjelaskan gagasan-gagasan umum tersebut.


Contoh
Satu-satunya bidang pembangunan yang tidak memahami imbas krisis ekonomi sektor-sektor di bidang pertanian. Misalnya, perikanan masih meningkat cukup mengesankan, yaitu 6,65 persen; demikian pula perkebunan, yang meningkat 6,46 persen. Walaupun terkena kebakaran sepanjang tahun, sektor kehutanan masih tumbuh 2,95 persen. Secara umum, kontribusi dari sektor-sektor pertanian terhadap produk domestik broto (PDB) meningkat dari 18,07 persen menjadi 18,04 persen. Padahal selama 30 tahun terakhir, pangsa sector pertanian merosot dari tahun ke tahun.


3.            Pola pengembangan paragraf argumentatif berupa pendapat dan biasanya diakhiri dengan kesimpulan atau sesuatu yang telah diuraikan sebelumnya.

Contoh
Mengembangkan hubungan positif dengan orang lain sebenarnya bertujuan pada satu hal: anda harus menjadi seorang pengamat manusia. Bila anda benar-benar mampu mengerti manusia atau orang, tahu akan ketakutan, harapan, dan impian mereka, maka akan memiliki kemampuan mengembangkan hubungan tersebut. Berbicaralah dengan orang-orang. Dengarkanlah keinginan hati mereka. Amatilah mereka dan pelajarilah cara mereka berpikir. Tentu saja anda harus membaca buku dan mendengarkan kaset raihlah apa yang anda peroleh dari kebijakan orang lain, namun jangan abaikan bergaul dengan orang lain dan pelajarilah tabiat mereka. Ini adalah satu gaya hidup yang harus dikembangkan, bukan satu studi ilmiah.





4.            Pola Pengembangan Paragraf dengan Perbandingan

Dalam jenis pengembangan ini dipaparkan semua persamaan dan atau perbedaan tentang dua atau lebih objek/gagasan. Paragraf berikut merupakan paragraf yang dikembangkan dengan perbandingan.
Contoh
 (1) Dalam kesusastraan Indonesia kita mengenal cipta sastra yang disebut pantun dan syair. (2) Kedua cipta sastra itu berbentuk puisi dan tergolong hasil sastra lama. (3) Kedua puisi lama itu jumlah baris-barisnya sama, yaitu empat baris. (4) Baik pantun maupun syair seperti pada bentuk aslinya, tidak kita jumpai pada cipta sastra masa kini. (5) Kalau pun ada, biasanya hanya dalam nyanyian saja.
Pada pengembangan contoh di atas dipaparkan perbandingan pantun dan syair dari segi persamaan-persamannya.

5.            Pola Pengembangan Paragraf dengan Definisi Luas
Definisi luas (definisi formal yang diperluas) dapat dipakai untuk mengembangkan pokok pikiran. Semua penjelasan atau uraian menuju pada perumusan definisi itu. Berikut contoh pengembangan paragraf dengan definisi luas. Dalam memaparkan sesuatu, kita dapat menjelaskan dan memberi keterangan belaka, dapat pula mengembangkan sebuah gagasan sehingga menjadi luas dan gampang dimengerti. Panjang karangan tidak dibatasi, bergantung pada kemampuan pengarang dalam memaparkan atau memberikan penjelasan ide atau gagasan yang disampaikan.

6.            Pola Pengembangan Paragraf dengan Campuran
Dalam jenis pengembangan ini, rincian-rincian terhadap kalimat utama terdiri atas campuran dari dua atau lebih cara pengembangan paragraf. Jadi, misalnya terdapat campuran umum-khusus dengan sebab akibat, sebab-akibat dengan perbandingan, contoh-contoh dengan perbandingan, dan sebagainya. Berikut contoh pengembangan paragraf jenis ini.
(1) Bahasa tutur ialah bahasa yang dipakai dalam pergaulan sehari-hari, terutama dalam percakapan. (2) Pada umumnya bersahaja/sederhana dan singkat bentuknya. (3) Kata-kata yang digunakan tidak banyak macam dan jumlahnya. (4) Lagi pula hanya menggunakan kata-kata yang lazim dipakai sehari-hari. (5) Untuk itu, digunakan kata kata tutur, yaitu kata yang hanya boleh dipakai dalam bahasa tutur, misalnya bilang, bikin, sendirian, nggak, emang, dipikirin, dan sebagainya. (6) Sering pula kata-katanya dibentuk secara salah, misalnya dibikin betul(dibetulkan), belum lihat (belum melihat), merobah (mengubah), dan sebagainya. (7) Lafalnya pun sering menyimpang dari lafal yang umum, misalnya: dapet(dapat), malem (malam), ampat (empat), dipersilahkan (dipersilakan), dan sebagainya. (8) Bahkan sering juga menggunakan urutan kata yang menyimpang dari bahasa umum, misalnya ini hari, itu orang, lain hari, lain kali, dan sebagainya.

7.            Pola Pengembangan Paragraf dengan Pemberian Contoh
Dalam jenis pengembangan ini dikemukakan suatu pernyataan, kemudian disebutkan rincian-rincian berupa contoh-contoh konkret. Berikut ini contoh pengembangan paragraf dengan memberikan contoh-contoh:
Kesalahan dalam penulisan karya ilmiah, pada umumnya terletak pada pemilihan kata (diksi) dan penyusunan kalimat efektif. Kesalahan pemilihan kata yang tepat, di antaranya digunakannya kata sering, mungkin, kadang-kadang, sangat, danmemang yang mengarah pada ketidakyakinan penulis akan hal yang dikemukakan. Adapun kesalahan penyusunan kalimat efektif, misalnya menulis kalimat yang panjang yang di dalamnya terdapat kata yang tidak perlu, seperti penulisan kata dapat, telah, dan adalah pada kalimat Dalam bab ini dapat dituliskan dua hal yang telah menjadi temuan penelitian ini adalah sebagai berikut. Untuk itu dalam menggunakan cara ini, penulis hendaknya pandai memilih contoh-contoh yang umum, representatif, dan dapat mewakili keadaan sebenarnya.[8]

3.3      Teknik Berlatih  Mengembangkan Paragraf
Pengarang itu adalah usaha mengembangkan beberapa kallimat topik. Dengan demikian, dalam karangan itu kita harus mengembangkan beberapa paragraf demi paragraf. Oleh karena itu, kita harus hemat menempatkan kalimat topik. Satu paragraf hanya mengandung sebuah kalimat topik.

Contoh dibawah ini memperlihatkan perbedaan paragraf yang tidak hemat dan paragraf yang hemat akan kalimat topik. Paragraf yang tidak hemat ini mengandung tiga buah kalimat topik.

Penggemar seruling buatan Frederik Morgan bersedia menunggu lima belas tahun asal memperoleh sebuah seruling buatan Morgan. Pertengahan bulan Juli Morgan menghentikan pemesanan seruling karena terlalu banyak pihak yang memesan seruling buatannya. Memang dewasa ini Morgan tergolong ahli pembuat instrumen tiup ahli dunia. Perhatikan Paragraf berikut yang merupakan hasil pengembangan kalimat-kalimat di atas.

Penggemar seruling buatan Frederick Morgan bersedia menunggu lima belas tahun asal memperoleh seruling buatan Morgan. Pernyataan tersebut dikemukakan oleh beberapa penggemar seruling Eropa. Hal ini terjadi setelah Morgan mengumumkan bahwa pemesanan serulingnya ditutup.

Pada Pertengahan bulan Juli Morgan menghentikan pemesanan seruling karena terlalu banyak pihak yang memesan seruling buatannya. Jika seruling dibuat terus menerus Morgan harus bekerja selama 14 tahun guna memenuhi pesanan tersebut. Seruling buatan Morgan sangat berperan pada musik di dunia Eropa sejak tahun 1950.

Memang dewasa ini Morgan tergolong ahli pembuat instrumen tiup ahli dunia. Beberapa ahli lainnya adalah Hans Caolsma (Utrecht), Mortin Skovroneck (Bremen), Fredrick Van Huene (Amerika Serikat),Klaus Scheele (Jerman), serta Shigchoru Yamaoka dan Kuito Kinoshito (Jepang).

Kalau kita amati, ternyata paragraf-paragraf yang terakhir lebih ”berbicara” dari pada paragraf sebelumnya, yang mengandung tiga buah kalimat topik. Paragraf terakhir hemat akan kalimat topik, tetapi kreatif dengan kalimat-kalimat penjelas.[9]














BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan
Jadi pada perkembangan paragraf ada beberapa perkembangan atau perubahan yang sudah lazim di lakukan dalam bahasa indonesia, karena pada dasarnya bahasa Indonesia adalah bahasa yang sangat penting bagi para pendidik / pengajar. Bahasa merupakan alat komunikasi antar individu maupun kelompok dan merupakan kebanggan bangsa Indonesia dalam pembahasan makalah ini kami melakukan pembahasan secara lebih dalam lagi soal paragraf dan perkembangan paragraf yaitu dimana dalam pengembangan paragraf dan pengembangannya dan jenis-jenis paragraf mempunyai beberapa makna diantaranya ada paragraf Deduksi, induksi, campuran, perbandingan, pertanyaan, sebab-akibat, contoh, dan paragraf perulangan. Dimana masing-masing paragraf mempunyai makna-makna tertentu, semoga dengan kami membahas makalah ini menjadi tambah wawasan kita tentang bahasa jurnalistik Indonesia.

3.2. Saran
Penulis atau jurnalis harus menyadari setiap kalimat yang tidak ringkas atau tidak jelas dan tidak efektif yang disusunnya, hanya akan melahiarkan keluhan bahkan protes dari khayalak pembaca, pendengar, atau pemirsa. Maka dari itu kapasitas dan kualitas sang penulis atau jurnalis sangat diperlukan dalam saat penulisan kalimat-kalimat yang ditulisnya. Semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua dan dapat menjadi acuan dalam membuat paragraf-paragraf jurnalistik.


DAFTAR PUSTAKA


Bahasaindosugik. Pola-pengembangan-paragraf.
http://bahasaindosugik.blogspot.com. Diakses pada 17 Juni 2011. 17.30.

Diaryapaipah. Jenis-paragraf-dan-pengembagannya.
http://diaryapipah.blogspot.com. Diakses 26 Oktober 2011. 16.00.

Hayon, Josep. 2001. Membaca dan Menulis Wacana. Jakarta: Grasindo.

Herusantosa, Suparman. 1987. Pengembangan Kalimat dan Paragraf. Bali: Proyek Penulisan Bahasa.

Programatujuh. Wordpress. Materi-jurnalistik.
http://programatujuh.wordpress.com. Diakses pada 17 Maret 2011. 19.00.

Rahardi, R. Kunjana. 2011. Bahasa Jurnalistik. Bogor: Ghalia Indonesia.

Stitattaqwa. Penulisan-dan-pegembangan-paragraf.
http://stitattaqwa.blogspot.com. Diakses pada 23 Juni 2012. 20.30.


[2] R. Kunjana Rahardi, Bahasa Jurnalistik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), hal. 154
[4] R. Kunjana Rahardi, Bahasa Jurnalistik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), hal. 155
[5] Suparman Herusantosa, Pengembangan Kalimat dan Paragraf, (Bali: Proyek Penulisan Bahasa, 1987) hal. 65
[6] Asul Wiyanto, Terampil Menulis Paragraf, (Jakarta: Grasindo, 1999), hal. 50
[9] Josep Hayon, Membaca dan Menulis Wacana, (Jakarta: Grasindo 2001), hal. 34